Hukum Mandi di Pemandian Umum dan Kolam Renang
Penulis: Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta`
Tanya:
Apa hukumnya kamar mandi uap (yang merupakan tempat pemandian umum
bagi yang ingin mandi uap/sauna) yang sekarang banyak bermunculan?
Apakah para wanita dan lelaki boleh masuk/mandi di sana tanpa kain
penutup tubuh? Berilah fatwa kepada kami tentang masalah ini, semoga
antum mendapatkan pahala karenanya.
Jawab:
Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta` menjawab,
“Masuk pemandian umum yang berupa kamar mandi uap/sauna bagi lelaki
tanpa kain penutup tubuh dilarang keras karena adanya sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu:
((مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَدْخُلِ الْحَمَّامَ إِلاَّ بِمِئْزَرٍ))
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia masuk
ke kamar mandi (umum) kecuali dengan mengenakan kain penutup tubuh.”
Diriwayatkan oleh An-Nasa`i dan Al-Hakim, ia menshahihkannya di atas
syarat Muslim, dan hadits ini memiliki syawahid (pendukung)3.
Para wanita juga terlarang masuk ke tempat pemandian umum. Ummul
Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah berkata kepada para wanita
yang biasa masuk ke tempat pemandian umum:
أَنْتُنَّ اللاَّئِي يَدْخُلْنَ نِسَائُكُنَّ الْحَمَّامَاتِ؟ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَا مِنِ امْرَأَةٍ تَضَعُ ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِ زَوْجِهَا إِلاَّ هَتَكَتِ السِّتْرَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ رَبِّهَا
“Apakah kalian ini yang biasa membiarkan wanita-wanita kalian masuk
ke tempat pemandian (umum)? Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidak ada seorang wanita pun yang melepas
pakaiannya (tanpa busana) di selain rumah suaminya melainkan ia telah
mengoyak penutup antara dia dan Rabbnya4’.”
Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah,
Al-Hakim, dan ia menshahihkannya di atas syarat Syaikhain (Al-Bukhari
dan Muslim) dan Adz-Dzahabi menyepakatinya5.
Dalam Musnad Al-Imam Ahmad yang dihasankan sanadnya oleh Al-Hafizh
Ibnu Katsir rahimahullahu disebutkan bahwa ‘Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai sekalian manusia, sungguh aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَقْعُدْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَدْخُلِ الْحَمَّامَ إِلاَّ بِإِزَارٍ، وَمَنْ كَانَتْ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ تَدْخُلِ الْحَمَّامَ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah dia duduk
di meja hidangan yang diedarkan di atasnya khamr. Siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat
pemandian umum) kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Siapa (di
antara kaum wanita) yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka
janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum).”6
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata, “Dan diriwayatkan oleh
Al-Imam Abu Ya’la Al-Mushili dan Al-Hafizh Abu Hatim Muhammad bin Hibban
dalam Shahih-nya yang disebut Al-Anwa’ wat Taqasim, dari hadits
Muhammad bin Tsabit bin Syarahbil, dari Abdullah bin Yazid Al-Khuthami,
dari Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلاَ يَدْخُلِ الْحَمَّامَ إِلاَّ بِمِئْزَرٍ، وَمَنْ كَانَتْ تُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ مِنْ نِسَائِكُمْ فَلاَ تَدْخُلِ الْحَمَّامَ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
masuk ke kamar mandi (tempat pemandian umum) kecuali dengan memakai kain
penutup tubuh. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir di antara
wanita-wanita kalian maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (tempat
pemandian umum).”
Kata perawi, “Aku mengatakan hal itu kepada ‘Umar bin Abdil ‘Aziz
rahimahullahu dalam masa kekhilafahannya, maka ia menulis surat kepada
Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm yang isinya, ‘Tanyakan kepada
Muhammad bin Tsabit tentang haditsnya.’ Abu Bakr pun menanyakan kepada
Muhammad, lalu ia menulis surat kepada ‘Umar bin Abdil ‘Aziz, maka ‘Umar
melarang para wanita masuk ke kamar mandi umum. Demikianlah ‘Umar bin
Abdil ‘Aziz. Ia telah menjalankan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan sungguh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلُفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ مِنْ بَعْدِيْ
“Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnah para khalifah yang terbimbing setelahku.”
Kaum muslimin seluruhnya sepakat bahwa ‘Umar bin Abdil ‘Aziz
rahimahullahu termasuk para pemimpin yang mendapatkan petunjuk dan
termasuk khalifah yang beroleh bimbingan, yang mana mereka itu
memutuskan dengan al-haq (kebenaran) dan selalu menuju kepada
kebenaran.” (Selesai ucapan Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu)
Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang memberikan taufik. Shalawat dan
salam semoga tertuju kepada nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, demikian pula untuk keluarga dan pada sahabatnya. (Fatwa no.
19397, kitab Fatawa Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal
Ifta`, 17/49)
Catatan Kaki:
3. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan An-Nasa`i.
4. Sebagian pensyarah hadits ini berkata, “Tidak diberikan keringanan
(rukhshah) bagi wanita untuk masuk kamar mandi umum karena seluruh
anggota tubuhnya adalah aurat, dan tidak dibolehkan membukanya kecuali
dalam keadaan darurat (boleh baginya masuk kamar mandi umum). Misalnya
ia sakit sehingga harus masuk kamar mandi tersebut untuk pengobatan.
Atau ia selesai dari nifas dan ingin mandi suci, atau junub sementara
hawa sangat dingin dan ia tidak dapat menghangatkan air dalam keadaan ia
khawatir memudaratkannya bila menggunakan air dingin. Tidak boleh bagi
laki-laki masuk ke kamar mandi umum ini tanpa mengenakan penutup tubuh
yang dapat menutupi bagian pusar dan lutut.” (‘Aunul Ma’bud, kitabul Hammam, bab satu)
Dalam ‘Aunul Ma’bud juga disebutkan bahwa wanita diperintah untuk
menutup tubuhnya dan menjaganya agar tidak terlihat oleh ajnabi (bukan
mahram) sehingga tidak pantas baginya untuk membuka auratnya sekalipun
dalam keadaan sendirian kecuali di sisi suaminya. Bila ia membuka
anggota tubuhnya di kamar mandi umum tanpa darurat maka sungguh ia telah
mengoyak penutup yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan.
5. Dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih At-Tirmidzi dan selainnya.
6. Asy-Syaikh Ahmad Syakir rahimahullahu mengatakan tentang hadits
ini, “Sanadnya dhaif.” (Akan tetapi hadits berikut ini mendukungnya.)
Faedah: Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, “Wajib bagi suami istri untuk membuat kamar mandi di rumah mereka, dan janganlah seorang suami memperkenankan istrinya untuk masuk/mandi di kamar mandi pasar, karena hal itu diharamkan. Dalam hal ini ada beberapa hadits:
Faedah: Al-Imam Al-Albani rahimahullahu berkata, “Wajib bagi suami istri untuk membuat kamar mandi di rumah mereka, dan janganlah seorang suami memperkenankan istrinya untuk masuk/mandi di kamar mandi pasar, karena hal itu diharamkan. Dalam hal ini ada beberapa hadits:
Pertama: Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُدْخِلْ حَلِيْلَتَهُ الْحَمَّامَ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَدْخُلِ الْحَمَّامَ إِلاَّ بِمِئْزَرٍ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الَآخِرِ فَلَا يَجْلِسْ عَلىَ مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
memasukkan istrinya ke kamar mandi (umum). Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka janganlah ia masuk ke kamar mandi (umum)
kecuali dengan memakai kain penutup tubuh. Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka janganlah ia duduk di meja hidangan yang
diedarkan di atasnya khamr.” (HR. Al-Hakim dan ini lafadznya,
At-Tirmidzi, dll)
Kedua: Dari Ummud Darda` radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku keluar
dari kamar mandi umum. Lalu aku berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Dari mana engkau, wahai Ummud
Darda`?” “Dari kamar mandi umum,” jawab Ummud Darda`. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، ماَ مِنِ امْرَأَةٍ تَضَعُ ثِيَابَهَا فِي غَيْرِ بَيْتِ أَحَدٍ مِنْ أُمَّهَاتِهَا إِلَّا وَهِيَ هَاتِكَةُ كُلِّ سِتْرٍ بَيْنَهَا وَبَيْنَ الرَّحْمَنِ
“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang wanita
pun yang melepas pakaiannya di selain rumah salah seorang dari ibunya
melainkan ia telah mengoyak setiap penutup antara dia dan Ar-Rahman.”
(HR. Ahmad, dll)
Ketiga: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang telah disebutkan di atas. (Lihat kitab Adabuz Zafaf, hal. 67-69)
Dinukil dari: http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1357
Tidak ada komentar:
Posting Komentar