“Memilih Sikap Selembut Nurani”, antara tantangan dan pergolakan…
Memilih sikap selembut nurani,
itu judul sebuah bab dalam sebuah buku yang pagi ini kuselesaikan
diantara desakan penumpang KRL bogor – jakarta. Aku tak ingin membahas
ataupun mengomentari bab dalam buku itu secara dalam, tapi siang ini
datang ujian untuk mempraktekkan secuil hikmah dari rangkaian nasehat
indah di buku itu. Ahhh…
Terkadang hati dan lisan tidak bisa sinkron untuk memilih sebuah
sikap. Hati menolak, tapi lisan tak kuasa untuk mengiyakan. Bahkan
tak jarang umpatan keluar begitu saja ketika ada sesuatu yang tidak
sesuai dengan keinginan kita. Well, memilih sikap selembut nurani
rasanya ungkapan yang sangat tepat ketika kita berhadapan pada segala
macam situasi dalam hidup ini.
Allah pun telah memfirmankan dalam surat Al-Anfaal ayat 63,
“dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman).
Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi,
niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana.”
Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
Menjadi kepompong dan menyendiri
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
Bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
Melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia
(SAF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar