Selasa, 18 Oktober 2011

Pelajaran Dari Amoeba


Amoeba, ukurannya yang amat kecil menjadikan kita tak mampu melihatnya dengan mata telanjang. Ia adalah organisme satu sel (unisel) dengan ukuran tubuh 700-800 mikron. Dalam ilmu biologi, Amoeba termasuk Protozoa, organisme hewan tingkat paling rendah. Kendati hanya bersel satu, namun Amoeba memiliki seluruh fungsi makhluk hidup. Ia bisa bergerak, makan dan mencerna makanan, serta berkembang biak. Semuanya dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Bagaimana sebuah sel tanpa otak mampu mengatur dirinya?
Amoeba tidak memiliki bentuk yang tetap. Ia tidak memiliki rangka. Tubuhnya hanya dibatasi oleh lapisan membran tipis. Ia bergerak dengan cara memanjangkan salah satu bagian tubuhnya, dan memendekkan bagian tubuh yang lain. Dengan cara ini, ia mendekati makanan lalu menghisapnya menggunakan mulutnya. Mencernanya dalam vakuola, lalu membuang sisa makanan yang tidak dibutuhkannya. Saat energi yang disimpannya telah mencukupi, ia pun siap untuk berkembang biak. Amoeba akan membelah dirinya sendiri menjadi dua bagian yang sama, dan masing-masing bagiannya akan tumbuh menjadi amoeba yang baru.
Bagaimana sebuah sel mampu memilih makanan yang cocok untuk dirinya dan membuang sisa makanan yang tak dibutuhkannya? Lalu bagaimana bisa, Amoeba berpikir untuk membelah dirinya menjadi dua bagian, lalu masing-masing bagian tumbuh menjadi dua organisme Amoeba yang sama? Tentu karena Amoeba telah diciptakan sedemikian rupa, sehingga ia hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh penciptanya, Allah 'azza wa jalla.
Bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Craig J. Venter, pakar genetik dan CEO Synthetic Genomics dari Amerika yang meng-klaim telah berhasil menciptakan synthetic life-form. Namun, untuk menciptakan organisme bersel tunggal yang memiliki gen berjumlah paling sedikit dan sekedar cukup untuk melangsungkan kehidupan, ia tidak membangunnya dari awal.
Semestinya, sesuai teori Generatio Spontaneae yang diyakininya, ia harus membuatnya dari benda-benda tak hidup, dari senyawa-senyawa dasar yang ada di alam. Namun, yang dilakukannya adalah mengambil gen sejenis bakteri, lalu menambahkan ke dalam bakteri tersebut apa yang disebutnya sebagai gen sintesis. Hasilnya ia namakan sebagai Synthia.
Jika saja Synthia disebut sebagai organisme baru ciptaan manusia, maka ia bukanlah organisme yang muncul begitu saja. Ia adalah hasil dari rancangan para ilmuwan. Dan ini bertentangan dengan teori yang mereka yakini, bahwa makhluk hidup dapat muncul dengan sendirinya, bukan diciptakan.
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah, sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya." (QS Al-Hajj:73)
Sumber: Majalah Ar-Risalah Edisi 93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar